Sunday, July 03, 2005

Tunggu Aku di Jakarta

Masih saja kuteringat kata iringi kau pergi, Jadikan sore itu satu janji. Kau akan kembali untukku, serta untuk diriku. Mengingatku walau aku jauh. Akupun sempat janjikan, kukayuh semua mimpiku. Kulabuh tepat di kotamu...Dan kaupun s'lalu janjikan kau 'kan menungguku datang. Bersatu kembali seperti dulu. Dan bila akupun rindu pada nyamannya kecupmu. Pada indahnya tawamu. Kudendangkan dengan gitar lagu-lagu kesayangan. Sambil kuingat indah wajahmu. Tunggu Aku di Jakarta, Sheila on 7
This is a slice of my face when I was 23!

Jakarta, tidak pernah jadi tujuanku, sayang. Jakarta, mungkin memang sangat menarik buatmu, but, tetapi, bukan untukku. Baru kering air mataku, mengingat semuanya itu, tapi betapa bahagianya aku mendapatkan semuanya seperti adanya sekarang. Hidup memang penuh kejutan, apalagi, kalau semua yang terjadi seperti sudah terangkai dan terencana, supaya aku -- being who I am now. You were always afraid of change. I embraced it. Aku berubah, sayang. Setiap detik, setiap waktu, bersama setiap sel yang ada dalam tubuhku, bersama setiap hembusan nafas, bersama setiap detik jantung. The only way you can stay the same is when you're dead.

Gadis kecil itu sudah mati, sayang. Mati bersama semua file yang aku hapus. Mati bersama semua foto yang aku buang. Bukannya aku tidak berterimakasih atas semuanya yang sudah kamu berikan, tapi, seseorang yang baru sudah lahir sekarang. Dan aku ingin memberikan kesempatan baru padanya. Inilah hidup barunya, inilah perjalanan hidupnya, yang dimulai dengan senyum dan doa. Untuk dia dan untuk kamu juga. Kuharap kita sama-sama belajar dan tertawa mengingatnya.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home